BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit
malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari masaHipocrates
(400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880) yang
menemukan bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897)
menemukan bahwa perantaramalaria adalah nyamuk Anopheles.
Secara
epidemiologi penyakit malaria dapat menyerangorang baik laki-laki maupun
perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orangdewasa. Infeksi
malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari
1.6 triliun manusiaterpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta
dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun .
Setengah
populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus dengan kematian
843.000 kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).Malaria di Indonesia merupakan salah
satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman.
Malaria
menduduki urutan kedelapan dari 10 besar penyakit penyebab utama kematian di Indonesia, dengan angka kematian di perkotaan 0,7 % dan di pedesaan 1,7
% (PAPDI, 2003). Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus
pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Sebelumnya
hasil riskesda 2007 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ini cukup tinggi
yaitu 2,85 %. Sebanyak 15 provinsi
mempunyai prevalensi Malaria di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, SulawesiTengah,
Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Papua
sebagai salah satu provinsi dengan
prevalensi malaria yang cukup tinggi dalam kurun waktu 2004 - 2010 menurut Dinas Kesehatan Provinsi Papua menunjukkan,
malaria tidak hanya menjangkit kelompok usia dewasa saja, melainkan juga
bayi.
Kelompok
usia penderita malaria
dimulai dari usia 0 sampai usia lanjut. Angka
kesakitan malaria per kelompok umur di 20 kabupaten di Papua pada 2010 sangat
bervariasi. Selama 2010 kelompok usia 0 - 11 bulan yang sakit malaria sebanyak : 47 kasus,
kelompok usia 1- 4 tahun: 184 kasus, kelompok usia 5- 9tahun: 145 kasus,
kelompok usia 10 -14 tahun: 98 kasus, dan kelompok usia 15 tahun ke atas 526 kasus.
Tabel Penderita Penyakit Malaria di Papua
Menurut Kelompok Umur Tahun 2004 – 2010
No
|
Kelompok Umur
|
Frekuensi
|
1
|
0 – 11 Bulan
|
47 Penderita
|
2
|
1 – 4 Tahun
|
184 Penderita
|
3
|
5 – 9 Tahun
|
145 Penderita
|
4
|
10 – 14 Tahun
|
98 Penderita
|
5
|
15 - >
|
526 Penderita
|
Guna
mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti
malaria dengan ACT (Artemisinin
Combination Therapy) di seluruh Indonesia, peningkatan
pemeriksaanlaboratorium/mikroskop, dan penemuan pengobatan dan pencegahan
penularan malaria.
Selain itu,
dilakukan peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan
malaria khususnya
melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal
Net) gratis ke daerah endemis malaria
tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund.B.
B.
Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Surveilans Malaria
2. Mengetahui Tujuan Surveilans Malaria
3. Mengetahui Sistem Surveilans Malaria
4. Mengetahui Cara Penularan Penyakit Malaria
5. Mengetahui Manifestasi Penyakit Malaria
6. Mengetahui Gejala Penyakit Malaria
7. Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Malaria
8. Mengetahui Cara Pengobatan Penyakit Malaria
9. Mengetahui Cara Pemberantasan Penyakit Malaria
10. Mengetahui Evaluasi Surveilans Malaria
11. Mengetahui Alur Pelaporan Surveilans Malaria
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Surveilans Malaria
Surveilans malaria adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/ instansi terkait secara sistematis
dan terus menerus tentang situasi malaria dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan tersebut agar dapat dilakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
Sedangkan surveilans malaria menurut
Depkes R.I (1998), adalah kegiatan terus menerus, teratur dan sistimatis dalam
pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data malaria untuk menghasilkan
informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat sesuai dengan
kondisi daerah setempat.
Untuk Kata malaria
sendiri berasal dari bahasa Itali “mal’aria” yang ketika itu
orang beranggapan hal itu terjadi karena udara kotor. Namun dalam bahasa
Perancis yang disebut “Paludismo” atau daerah rawa
dan payau serta pinggiran pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang menderita penyakit ini kebanyakan berasal dari daerah tersebut dan malaria menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan
oleh parasit malaria / protozoagenus plasmodium yang masuk kedalam tubuh
manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles betina ditandai dengan demam,
muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.
Saat ini
dikenal 4 macam parasit malaria yaitu Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, PlasmodiumFalsifarum,
Plasmodium Malariae.Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria
(anopheles) yang mengandung
Sporozoit.
B.
Tujuan Surveilans
Tujuan surveilans dalam
program pemberantasan malaria antara lain :
1.
Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan
unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar biasa
(KLB) malaria.
2.
Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat
disebarluaskan dan dipergunakan sebagai dasar penanggulangan malaria yang cepat
dan tepat yang direncanakan sesuai dengan permasalahan.
3.
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) secara dini. d).
Mengetahui trend penyakit dari waktu ke waktu.
4.
Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut
orang, tempat dan waktu.
Tujuan diatas kemudian dioperasionalkan dalam bentuk
beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan, sebagai
berikut :
a. Pengumpulan, pengolahan,
interpretasi data malaria dilakukan pada semua tingkatan administratif mulai
dari Puskesmas pembantu, Puskesmas, Rumah sakit, Dinas Kesehatan dan Departemen
Kesehatan.
b. Meningkatkan peran-serta masyarakat
seperti kader malaria, pos obat desa (POD), terutama dalam kegiatan pengobatan.
c. Meningkatkan kemitraan dalam
jaringan informasi malaria dengan sektor terkait.Upaya pemberantasan malaria
yang tepat dan cepat yang berpedoman pada petunjuk dasar atau “evidence based”.
d. Meningkatkan kerja sama lintas batas
wilayah administratif (perbatasan wilayah Puskesmas, kabupaten, propinsi dan
antar negara) dalam perencanaan dan upaya penanggulangan malaria.
Pelaksanaan kebijakan diatas,
kemudian diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan surveilans program pencegahan
penyakit malaria, yang antara lain meliputi tahap pengamatan dan survei. Pada
tahap pengamatan penyakit malaria beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain
berupa kegiatan penemuan penderita malaria. Tujuan penemuan penderita adalah
menemukan penderita secara dini dan secepatnya memberikan pengobatan, memantau
fluktuasi malaria pada suatu tempat, sebagai alat bantu menentukan musim
penularan, dan peringatan dini terhadap kejadian luar biasa (KLB).
Tahap diatas dilaksanakan dengan
beberapa jenis kegiatan yang seperti Active Case Detection (ACD). Kegiatan ini
dilakukan secara aktif oleh juru malaria desa atau petugas lapangan malaria,
dengan jenis kunjungan dilakukan pada beberapa jenis kriteria desa endemik
malaria, antara lain :
1)
Desa High Case Incidence (HCI), dengan melakukan
kunjungan rumah 2 minggu sekali.
2)
Desa Middle Case Incidence (MCI), dengan melakukan kunjungan
rumah 1 bulan sekali.
3)
Desa Low Cace Incidence (LCI), dengan melakukan kunjungan
ditingkat dusun sebulan sekali.
Tindak lanjut kunjungan diatas,
kemudian diikuti dengan kegiatan pengambilan sediaan darah (SD). Kegiatan ini
hanya dilakukan pada penduduk yang memenuhi beberapa criteria yang
dipersyaratkan seperti demam, menggigil, baik disertai sakit kepala atau tidak
dalam tiga hari terakhir. Selain pengambilan sediaan darah
juga dilakukan kegiatan passive case detection (PCD). PCD dilakukan dengan
mengintensifkan pengambilan sediaan darah di institusi/pusat pelayanan
kesehatan swasta maupun pemerintah dan kader pelayanan kesehatan. Setelah beberapa tahap kegiatan
diatas dilakukan, selanjutnya dilaksanakan tahap kegiatan penyidikan
epidemiologi. Kegiatan ini dilakukan pada seluruh penghuni rumah, tempat
tinggal penderita positip malaria dan seluruh penghuni pada empat rumah
ddisekeliling rumah penderita tersebut. Selain itu juga dilaksanakan survey
penderita malarai. Survei yang dilakukan dalam pemberantasan malaria meliputi
jenis survei malariometrik (MS), Mass fever survei (MFS), Survei kontak, dan
survei migrasi. Kegiatan lain yang tidak kalah
penting dalam surveilans malaria adalah pengamatan vektor. Beberapa jenis
pengamatan vektor malaria dilakukan dengan :
a)
Pengamatan sewaktu (spot survei)
b)
Pengamatan kesinambungan (longitudinal survei)
c)
Pengamatan lingkungan, yang dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan tempat-tempat perindukan nyamuk.
Kondisi
perkembangan malaria pada suatau wilayah kemudian dipetakan. Pembagian situasi
malaria pada suatu wilayah dibagi dalam beberapa kriteria antara lain periode
peringatan dini, periode kejadian luar biasa (KLB), dan periode pasca KLB. Sedangkan jenis data yang
dianalisa untuk kepentingan pembagian periodisasi tersebut antara lain :
(1)
Periode pengamatan dini
Periode ini data yang diperlukan berbeda pada berbagai
tingkatan kewilayahan. Pada tingkat Puskesmas, jenis data yang dikumpulkan
adalah data kasus vektor, logistik, demografi dan lingkungan. Sedangkan pada
tahap pengolahan dan anlisa data, dengan memperhatikan variablel-variabel
antara lain :
(a)
Indikasi situasi malaria, dibedakan menjadi situasi malaria
di Puskesmas yang sudah mampu memeriksa spesimen darah secara laboratorium dan
Puskesmas yang belum mampu
(b)
Indikasi perubahan lingkungan. Tingkat reseptivitas.
(c)
Situasi lingkungan – Untuk memudahkan interpretasi data,
maka semua data disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, yaitu dalam bentuk
peta, angka insiden, peta vektor, peta keadaan geografis tabel dan grafik.
Apabila terjadi kecenderungan
peningkatan penderita malaria kemudian dilakukan upaya penanggulangan dengan
Mass fever survey (MFS), pengamatan vektor dan pemberantasan vektor. Pada tingkat Kabupaten jenis data
yang dikumpulkan adalah data kematian di Puskesmas dan rumah sakit, data kasus
per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data laboratorium,
data demografi, data logistik, data lingkungan, (curah hujan, luas tempat
perindukan) dan data sosial budaya. Sedangkan jenis data yang
dikumpulkan adalah data kematian di puskesmas dan rumah sakit, data kasus per
desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data demografi, dan data
logistik
(2)
Periode Kejadian Luar Biasa
Pada
periode KLB yang dikumpulkan antara lain data kematian, data kasus dan trend
malaria, data vektor, data lingkungan yang berkaitan dengan vektor (tempat
perindukan, ternak), data form W1 (dilaporkan dalam 24 jam), data hasil
konfirmasi KLB, data batas wilayah KLB, data logistik (obat malaria, bahan dan
peralatan lainnya), data hasil upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
(3)
Pasca Kejadian Luar Biasa
Kegiatan
yang dilakukan pada periode ini sama seperti pada periode pengamatan dini yaitu
pengamatan kasus, vektor dan lingkungan yang dilakukan secara lebih intensif. Data yang telah diolah dan dianalisa
menjadi informasi yang mendukung upaya penanggulangan malaria digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai alat bantu pengambilan keputusan
dilakukan pengolahan data dengan ukuran-¬ukuran seperti insiden dan
prevalensi, dengan beberapa indikator seperti angka kesakitan dan angka
kematian karena malaria, Prevalence Rate (PR), Slide positive rate (SPR), data
vektor seperti Man bitting rate (MBR), jenis vektor, bionomik vektor, status
kerentanan vektor, serta data terkait lingkungan.
C. Sistem Surveilans Malaria
Dalam sistem surveilans malaria
mencakup hal-hal pokok sebagai berikut (Depkes RI, 2007) :
1.
Pengumpulan data melalui kegiatan
penemuan kasus.
Penemuan penderita malaria dilakukan
dengan :
a)
Cara pasif (Passive Case Detection) yaitu penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang
berkunjung ke UPK.
b)
Survei malariometrik, yang terdiri dari :
1)
Survei malariometrik dasar, yaitu mengukur tingkat
endemisitas dan prevalensi di wilayah epidemiologis yang belum tercakup oleh
kegiatan pemberantasan vektor. Waktu pengambilan darah pada saat puncak
tertinggi fluktuasi malaria klinis atau data entomologi setempat dan
dilaksanakan 1 kali saja.
2)
Survei malariometrik evaluasi, yaitu mengukur dampak
kegiatan pemberantasan vektor khususnya penyemprotan rumah di daerah prioritas.
Waktu pengambilan darah pada saat puncak tertinggi fluktuasi malaria klinis
atau data entomologi setempat.
2.
Pengolahan dan Analisa Data
Data
yang telah diterima kemudian diolah dan dianalisa selanjutnya disajikan dalam
bentuk teks, tabel, grafik dan atau spot map. Pengolahan dan
analisa dilakukan di tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.
3.
Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi
a)
Puskesmas mengirim umpan balik ke Puskesmas Pembantu yang
ada di wilayahnya.
b)
Dinas Kesehatan Kabupaten mengirim umpan balik kepada
seluruh Puskesmas.
c)
Dinas Kesehatan Propinsi mengirim umpan balik ke Dinas
Kesehatan Kabupaten.
d)
Departemen Kesehatan RI mengirim umpan balik ke semua
Propinsi Sedangkan penyebarluasan informasi melalui laporan triwulan, tahunan,
profil kesehatan, dan Laporan akuntabilitas instansi pemerintah (LAKIP) yang
diinformasikan kepada lintas sektor dan program terkait, para penentu keputusan
dan kebijakan serta masyarakat yang membutuhkan.
D. Cara Penularan
Bila nyamuk
anopheles mengigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit
tersebut berkembang biak.
Sesudah 7-14
hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebutakan
ditularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang
biak,menyerang sel-sel darah merah.
Dalam wktu
kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakitmalaria. Dalam keadaan tertentu
dapat terjadi penularan dengan bentuk Tropozoit, misalnyamelalui transfusi
darah, melalui plasenta dari ibu kepada bayinya dan penularan melalui
jarumsuntik yang terkontaminasi.
E. Manifestasi Malaria
Ada beberapa bentuk manifestasi
penyakit malaria, antara lain:
1.
Malaria tertiana, disebabkan oleh
Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demammuncul setiap hari ketiga.
2.
Malaria quartana, disebabkan oleh
Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat.
3.
Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium
falciparum, penderita mengalami demam tidak
teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase
komadan kematian yang mendadak.
4.
Malaria
pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria
yang berat
Penyebaran kasus malaria di Indonesia
banyak ditemukan terutama pada daerah pedesaan dan
sangat jarang di perkotaan.
Di
Indonesia diperkirakan lebih dari 90 juta penduduk hidup didaerah endemis
malaria, diperkirakan 15 juta kasus malaria. Di Papua yang merupakan daerah endemis malaria, angka kesakitan malaria menempati
urutan pertama dari 10 besar penyakit diPapua. Angka API di Jayapura tahun 2005
yaitu 140/1000 penduduk.
Saat
ini insiden malaria menurut data adalah
8.736 per 1000
penduduk di Papua 10,2 %.
Hal ini disebabkan karena adanya
hutan bakau yang ada di pesisir pantai, kebiasaan penduduk tidur tanpa
menggunakan
kelambu, adanya tempat perindukan
nyamuk, dan kepatuhan masyarakat akan minum obat masih kurang Pada
penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu
jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection).
Dari
kejadian infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.
F. Gejala
Malaria
Gejala malaria adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan
gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam
mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
1.
Badan terasa lemas dan pucat karena
kekurangan darah dan berkeringat.
2.
Nafsu makan menurun.
3.
Mual-mual kadang-kadang diikuti
muntah
4.
Sakit kepala yang berat, terus
menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
5.
Dalam keadaan menahun (kronis)
gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6.
Malaria
berat, seperti gejala diatas
disertai kejang-kejang dan
penurunan.
7.
Pada
anak, makin
muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi
yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan
darah (anemia) serta adanyariwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah
malaria.
8.
Gejala
klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadiumyang berurutan yaitu :
a)
Stadium
dingin (cold stage)
Stadium
ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigigemeretak dan
penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaiandan selimut yang
tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucatkebiru-biruan,
kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b)
Stadium
demam (Hot stage).
Setelah
merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Mukamerah,
kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
menjadi- jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya
penderita merasa sangat hasil dan suhu
badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung
antara 2 sampai 4 jam.
Demam
disebabkan oleh pecahnya sison darah yang
telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.Pada plasmodium
vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul
setiap tiga hari terhitung dari serangan
demam sebelumnya.
Nama
malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.Pada plasmodium malariaa, fenomena
tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P.vivax/P. ovale, hanya interval
demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang
lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c)
Stadium
berkeringat (sweating stage).
Pada
stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat,
kadang-kadang sampai dibawah suhu normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara2
sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas
tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit
dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat
biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk
trofosoitdan sison).
Untuk
berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hatidan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organtubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan,
kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.
Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini.
Kadang-Kadang
gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan
gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan
warna air senimenjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever
adalah ikterus dan muntah-muntah
yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya
dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang-ulang
dan infeksi yang cukup berat.
G.
Cara Pencegahan
Pencegahan
penyakit malaria dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
1.
Pengobatan pencegahan, 2 hari
sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obatdoksisilin 1 x 1 kapsul/ hari
sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
2.
Membersihkan lingkungan, Menimbun
genangan air, membersihkan lumut, gotongroyong membersihkan lingkungan sekitar,
mencegahnya dengan kentongan.
3.
Menebarkan pemakan jentik, Menekan
kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala
timah, nila merah, gupi, mujair dll.
4.
Menggunakan kelambu (bed net) pada
waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
5.
Mengolesi badan dengan obat anti
gigitan nyamuk (repellent).
6.
Menggunakan pembasmi
nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
7.
Memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi.
8.
Letak tempat tinggal diusahakan jauh
dari kandang ternak.
9.
Mencegah penderita malaria dan
gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
10.
Membersihkan tempat
hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
11.
Hindari keadaan rumah yang lembab,
gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.
12.
Membunuh jentik nyamuk dengan
menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) padagenangan air atau menebarkan
ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
13.
Melestarikan hutan bakau agar nyamuk
tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.
H.
Cara
Pengobatan
Ada beberapa cara pengobatan penyakit malaria :
1.
Dalam pengobatan malaria terapi
antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
2.
Klorokuin merupakan obat anti
malaria yangefektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin.
Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu
kehamilan. Namun, dengan meluasnyaresistensi terhadap klorokuin, maka obat ini
sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat.
3.
Kona merupakan obat anti-malaria
yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodiumdan dipilih sebagai obat utama
untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuatterhadap P.falciparum
yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa
kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan
kontribusiuntuk hipoglikemia.
I.
Evaluasi Surveilans Malaria
Evaluasi atau
penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus
terhadap masukan (input), proses keluaran (output) dan dampak (outcome)
(Depkes RI, 2003). Evaluasi surveilans malaria yang dilaksanakan yaitu :
1.
Terhadap masukan meliputi tenaga, biaya
bahan dan peralatan.
2.
Terhadap keluaran yaitu pada penemuan
penderita untuk daerah di luar Jawa dan Bali sedapat mungkin dipisahkan hasil
dari PCD yang dilaksanakan di daerah prioritas dan nonprioritas, hal ini
diperlukan untuk mengadakan evaluasi atau penilaian yang lebih
obyektif karena perbedaan jenis kegiatan di kedua daerah tersebut.
3.
Terhadap dampak yang terdiri dari :
a)
Angka kesakitan per 1.000 penduduk
Penurunan angka ini selalu dikaitkan
dengan proporsi cakupan pengambilan sediaan darah (SD), bila penurunan angka
kesakitan disertai proporsi SD menurun maka penurunan angka kesakitan perlu
dipertanyakan.
b)
SPR (Slide Positive Rate)
Tinggi rendahnya SPR menunjukkan tinggi
rendahnya kemampuan diagnosa klinis dari pemeriksaan pasien. Persyaratan disini
diperlukan seorang mikroskopis yang berkualitas dengan error ratecukup rendah
(<5%).
c)
PR (Positive Rate)
Digunakan untuk mengukur dampak
penyemprotan/ pemberantasan vektor yang diperoleh dari survei malariometrik
yang dikerjakan satu tahun sekali.
d)
SR (Spleen Rate) dan AES (Average Enlarged Spleen)
Kedua indikator ini diperoleh dari
survey malariometrik. Adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu
penduduk menunjukkan bahwa malaria sudah cukup lama ada di daerah tersebut.
e)
PF (Parasit Formula)
Suatu program pemberantasan malaria di
suatu daerah akan menurunkan plasmodium falciparum karena
gametosit plasmodium falciparum timbulnya lebih lambat dari
pada gametosit spesies lainnya.
J.
Alur Pelaporan
Pelaporan kasus
malaria dilaksanakan berjenjang mulai dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten, dari Dinas Kesehatan
Kabupaten ke Dinas Kesehatan Propinsi dan pelaporan dari Dinas Kesehatan
Propinsi ke Departemen Kesehatan RI (Subdit Arbovirosis, Ditjen P2M dan PL
), pelaporan ini mencakup laporan rutin, laporan pada situasi KLB dan umpan
balik laporan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Di Indonesia sampai saat ini
penyakit malaria masih merupakan masalah Kesehatan Masyarakat. Terutama di daerah Indonesia bagian timur.
2.
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama dijumpai di daerah endemis seperti halnya di provinsi
Papua. Penyakit malaria sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat tak
lepas dari unsur segitiga epidemiologit, dimana manusia sebagai host,
parasit plasmodium sebagai agent dankondisi lingkungan (environment) yang mendukung.
3.
Sementara penyakit merupakan
outcomedari adanya interaksi antara host, agent dan environment. Dalam ilmu
epidemiologi sering
disebut dengan segitiga epidemiologi yakni hubungan timbal
balik antara host (pejamu),
agent(penyebab penyakit) dan environment (lingkungan)Penyebab penyakit malaria
di Indonesia adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae, Sampai saat ini dikenal 4 (empat) macam parasit
malaria yaitu: Plasmodium
Falcifarum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat,
Plasmodilun vivax penyebab malaria Tertiana, Plasmodium Malariae penyebab
malaria Quartana,
Plasmodium Ovate jenis ini jarang sekali di jumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.
4.
Walaupun ditularkan lewat gigitan
nyamuk sebenarnya penyakit ini merupakan suatu penyakit ekologis
(lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak
langsung denganmanusia karena hidupnya tidak jauh dari aktifitas manusia
sehari-hari.
5.
Faktor lingkungan antaralain berupa
air, suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin.Dewasa ini
upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan
vektor penyebab malaria(nyamuk anopheles).
Thanks, I'm interest
BalasHapusAda beberapa solusi alami yang dapat digunakan dalam pencegahan dan menghilangkan diabetes secara total. Namun, satu-satunya aspek paling penting dari rencana pengendalian diabetes adalah mengadopsi gaya hidup sehat Kedamaian Batin, Nutrisi dan Diet Sehat, dan Latihan Fisik Reguler. Keadaan kedamaian batin dan kepuasan diri sangat penting untuk menikmati kesehatan fisik yang baik dan atas semua kesejahteraan. Kedamaian batin dan kepuasan diri adalah kondisi pikiran yang adil. Orang dengan penyakit diabetes sering menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif. Saya didiagnosis menderita diabetes pada tahun 2000. Sedang bekerja merasa sangat lelah dan mengantuk. Saya meminjam glukometer dari rekan kerja dan diuji pada 760. Segera pergi ke dokter saya dan dia memberi saya resep seperti: Insulin, Sulfonamides, tetapi saya tidak bisa mendapatkan penyembuhan daripada mengurangi rasa sakit dan menghilangkan rasa sakit lagi. Saya menemukan nama kesaksian wanita Comfort online bagaimana Dr Akhigbe menyembuhkan HIV-nya dan saya juga menghubungi dokter dan setelah saya minum obatnya seperti yang diperintahkan, saya sekarang benar-benar bebas dari diabetes oleh dokter jamu Akhigbe. Jadi pasien diabetes yang membaca kesaksian ini untuk menghubungi emailnya drrealakhigbe@gmail.com atau Nomornya +2348142454860 Ia juga menggunakan ramuan herbalnya untuk penyakit seperti: Gigitan SPIDER, SCHIZOPHRENIA, LUPUS, DEMAM BERDARAH, MALARIA, INFEKSI EKSTERNAL, UMUM DINGIN, DASAR GABUNGAN, DASAR BAYAM, GERAKAN, STROKE, STROKE TUBERKULOSIS, PENYAKIT PERUT. ECZEMA, PROGERIA, MAKAN GANGGUAN, INFEKSI RESPIRATORI RENDAH, DIABETIKA, HERPES, HIV / AIDS,; ALS, DIARRHEA KABEL, KABEL, KANKER, MENINGITIS, HEPATITIS A DAN B, THYROID, ASCEMA, PENYAKIT HARI, KABUPATEN. AUTISM, NAUSEA Muntah ATAU DIARE, PENYAKIT GINJAL, EREKSI LEMAH. MATA TWITCHING MENSTRUATION PAINFUL ATAU IRREGULAR. Akhigbe adalah pria yang baik dan dia menyembuhkan semua tubuh yang datang kepadanya. di sini adalah email drrealakhigbe@gmail.com dan Nomornya +2349010754824
BalasHapus