TUGAS KESEHATAN
REPRODUKSI
MAKALAH
SCREENING DAN KESPRO

DISUSUN OLEH :
Sarah Febriana Eleujaan 1110118
Yolanda Alviolota Kobesi 1110107
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKTAMALATEA MAKASSAR 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
kata Epidemiologi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau
tentang, demos yang berati penduduk dan kata terakhir adalalah logos yang
berarti ilmu pengetahuan. Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :
“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah :
“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.
Pengertian Epidemiologi Ditinjau
Dari Berbagai Aspek :
a) Aspek Akademik
a) Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi
berarti Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi untuk
mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahan kesehatan yang
terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
b) Aspek Klinik
Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemi.
c) Aspek praktis
b) Aspek Klinik
Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemi.
c) Aspek praktis
Secara praktis epidemiologi berarti
ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa
individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum.
d) Aspek Administrasi
Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
d) Aspek Administrasi
Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai
berikut:
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. SCREENING
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
1.
Latar
belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:
a. Banyaknya
kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)
b. sebagai
langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt treatment
c. Banyaknya
penyakit yang tanpa gejala klinis
d. Penderita mencari pengobatan setelah studi
lanjut
e. Penderita
tanpa gejal amempunyai potensi untuk menularkan penyakit
2.
Tujuan
Screening
a. Mengetahui diagnosis sedini mungkin
agar cepat terapinya dan Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau
dengan gejala tidak khas terhadap orang- orang yang tampak sehat, tetapi
mungkin menderita penyakit, yaitu orang yang mempunyai resiko tinggi terkena
penyakit (Population at risk).
b. Mencegah meluasnya penyakit Dengan
ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas
sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak menjadi sumber
penularan penyakit.
c. Mendidik dan membiasakan masyarakat
untuk memeriksakan diri sedini mungkin
d. Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan
tentang suatu penyakit (waspada mulai dini).
e. Memperoleh data epidemiologis, untuk
peneliti dan klinisi.
f. Mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3.
Pelaksanaan
Screening
Bentuk
Pelaksanaan Screening :
a. Mass screening adalah screening
secara masal pada masyarakat tertentu.
b. Selective screening adalah screening
secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada
perokok; pemeriksaan ca serviks pada wanita yang sudah menikah.
c. Single disease screening adalah
screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit.
d. Multiphasic screening adalah
screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh
pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas.
4.
Penemuan
Penyakit Secara Screening
a. Screening: Penemuan penyakit secara
aktif pada orang-orang yang tampak sehat dan tidak menunjukkan adanya gejala.
b. Uji screening tidak dimaksudkan
sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali digunakan sebagai tes diagnosis.
c. Diagnosis menyangkut konfirmasi
mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit pada individu yang dicurigai atau
menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang dengan tanda positif atau
dicurigai menderita penyakit seharusnya diberi perawatan/ pengobatan setelah
diagnosa dipastikan hasilnya.
5.
Hasil evaluasi screening
a. Validitas
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat.
Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit).
Komponen Validitas
1). Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit.
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat.
Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit).
Komponen Validitas
1). Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit.
2).
Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
negatif betul-betul tidak sakit.
b. Reliabilitas
Reliabilitas
adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten bila test
diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama.
Ada 2 faktor yg mempengaruhi:
1. Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2. Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil.
Ada 2 faktor yg mempengaruhi:
1. Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2. Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil.
c. Derajat Screening (Yied)
Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
1. Derajat sensitivitas tes
2. Prevalensi penyakit
3. Frekuensi penyaringan
4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Sreening Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Deteksi tanda dan gejala dini
Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
1. Derajat sensitivitas tes
2. Prevalensi penyakit
3. Frekuensi penyaringan
4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari
Sreening Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan gejala dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Deteksi tanda dan gejala dini
Untuk
dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dibutuhkan pengetahuan
tentang tanda dan gejala tersebut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat. Dengan cara demikian, timbulnya kasus baru dapat segera diketahui
dan diberikan pengobatan. Biasanya penderita datang untuk mencari pengobatan
setelah penyakit menimbulkan gejala dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang
berarti penyakit telah berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan
ketidaktahuan dan ketidakmampuan penderita.
2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala
Penemuan
kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan screening terhadap orang-orang yang
tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan pengobatan
penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang untuk mencari pengobatan
setelah timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita
tanpa gejala. Tujuan screening adalah untuk mengidentifikasi penyakit yang
tanpa gejala, atau faktor risiko untuk penyakit, dengan melakukan suatu uji
pada suatu kelompok populasi yang belum berkembang menjadi gejala-gejala
klinis. Sreening test biasanya dan biasanya berusaha untuk mengidentifikasi
sebagian kecil individu yang berisiko tinggi untuk kondisi tertentu. Secara
garis besar, screening adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak
melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat
memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang
mungkin tidak menderita.
6.
Bentuk Screening
a. Screening Seri adalah screening yang dilakukan
2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika hasil kedua penyaringan
tersebut positif.
b. Screenig paralel adalah screening
yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika hasil
salah satu hasil penyaringan adalah positive.
7.
Screening beserta alat yang
digunakan
a. Mammografi
dan Termografi
Untuk
mendeteksi ca mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan
dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda
dengan jaringan payudara yang padat.
b. Pap smear
Pap
smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Tes ini ditemukan oleh
Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes yang digunakan untuk melakukan
skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah leher rahim
(servik).
c. Sphygmomanometer
dan Stetoscope
Untuk
mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat
seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya.
Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah normal adalah kurang
dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih Seberapa
sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi nilainya
dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
d. Photometer
Merupakan alat untuk memeriksa kadar gula
darah melalui tes darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang
ditusukkan ke jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip
khusus. Strip tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan
zat gula yang terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan
mengering dan menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan
dengan deret (skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah
tersebut. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam
sesudah makan.
e. Plano Test
Untuk
mendeteksi kehamilan
f. EKG (Elektrokardiogram)
Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
g. Pita Ukur
LILA
Untuk
mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita kekurangan gizi atau tidak dan
apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau tidak.
h. X-ray,
pemeriksaan sputum BTA
Untuk
mendeteksi penyakit TBC
i. Pemeriksaan
fisik Head to Toe
Untuk
mendeteksi adanya keadaan abnormal pada ibu hamil.
j. Rectal
toucher
Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi
adanya ‘cancer prostat’. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum
gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga pengobatan/treatmennya menjadi
lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap kanker prostat adalah pria
usia 40 tahunan.
k. Audio Gram
dan Typanogram
Untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan
pendengaran.
l. Penapisan
(skrining) premarital
Amat penting dilakukan guna mengetahui
“status” kesehatan yang sebenarnya dari pasangan yang akan menikah. Tujuan
dilakukannya pemeriksaan premarital untuk mendeteksi dan mengobati jika ada
penyakit yang belum terdeteksi sebelumnya, mencegah penularan penyakit yang
dapat mempengaruhi seperti siflis, rubella, kelainan hemoglobin, hepatitis B
dan HIV/AIDS. Skrining mendeteksi dan mencegah timbulnya penyakit yang
diturunkan (genetik) seperti penyakit thalassemia dan sickle cell anemia
(anemia sel sabit).
B. KESEHATAN
REPRODUKSI
1.
Pengertian Kespro
didefenisikan sebagai “keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya”. Di Indonesia saat ini, disepakati ada empat komponen prioritas
kespro, yaitu :
a. Kesehatan ibu dan bayi
baru lahir
b. Keluarga berencana
c. Kespro remaja
d. PMS (penyakit menular
seksual) dan HIV/AIDS, pelayanan yang mencakup empat komponen prioritas diatas
disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah
dengan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Usia Lanjut, maka pelayanan yang
diberikan disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).
2.
Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa setiap orang
baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas, sosial, suku,
umur, agama, dll) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai jumlah anak,
jarak antar anak serta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan
melahirkan. Secara praktis, hak reproduksi dijabarkan sebagai berikut :
a. Setiap orang berhak
memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik.
b. Perempuan dan
laki-laki sebagai pasangan atau sebagai individu berhak memperoleh informasi
lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kespro.
c. Hak untuk memperoleh
pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan
pilihan, tanpa paksaan.
d. Perempuan berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, yang memungkinkannya sehat dan
selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan serta memperoleh bayi yang
sehat.
e. Hubungan suami istri
didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam
situasi kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur paksaan, ancaman dan
kekerasan.
f. Remaja laki-laki dan
perempuan berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi
remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang
bertanggung jawab.
g. Laki-laki dan
perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh, lengkap dan akurat
mengenai IMS dan HIV/AIDS.
3.
Siklus hidup reproduksi
Ruang lingkup kespro mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir hingga mati. Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan
ruang lingkup kespro adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
kespro pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, yaitu :
a. Konsepsi :
(1) Perlakuan sama terhadap janin
laki-laki/perempuan,
(2) Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir,
(3) Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini
: pengutamaan jenis kelamin, BBLR, kurang gizi (malnutrisi),
(4)Pendekatan pelayanan anternatal, promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit
b. Bayi dan Anak
(1) ASI Eksklusif dan penyapihan layak,
(2) Tumbuh kembang anak,
pemberian makanan dengan gizi seimbang, (3)Imunisasi dan menejemen terpadu
balita sakit,
(4) Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan,
(5) Pendidikan dan
kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan,
(6) Masalah yang mungkin
terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat perempuan, kurang
gizi (malnutrisi), kesakitan primer, imunisasi, pelayanan antennal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen,
dll
Asuhan
yang diberikan seperti:
(a) ASI Eksklusif,
(b) Tumbuh kembang anak dan pemberianmakanan
dengan gizi seimbang, (c) imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit,
(d) Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP), (e) Pendidikan dan
kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
c. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10
sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid
pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai
sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba
waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap
dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena
mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhn dan
perkembangan system reproduksi.
(1) Gizi seimbang,
(2) Informasi tentang
kesehatan reproduksi,
(3) Pencegahan kekerasan
termasuk seksual,
(4) Pencegahan terhadap
ketergantungan napza,
(5) Perkawinan pada usia
wajar,
(6) Pendidikan, peningkatan
keterampilan,
(7) Peningkatan
penghargaan diri,
(8) Peningkatan
pertahanan terhadap godaan dan ancaman,
(9) Masalah yang
ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual, penyalahgunaan obat.
d. Usia subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40
tahun, sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah.
Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam
kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi
yang dilahirkan pun sehat.
Pada periode ini masalah kesehatan berganti
dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan
tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah
endometritis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul
saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau air kecil. Penderita
kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala
apa-apa.
(4) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS,
(5) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas,
(6) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara
rasional,
(7) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim,
(8) Pencegahan dan managemen infertilitas,
(9) Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan
kematian ibu yang disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi, anemia, kemandulan,
pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan
kesuburan,
(10) Pendekatan yang dapat
dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan primer,
pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertanggung jawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
Asuhan yang diberikan seperti:
(4)Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS,
(5) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas,
(6) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara
rasional, (7) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim,
(8) Pencegahan dan managemen infertilitas.
e. Usia lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah
setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang paling rentan diserang
berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting bagi
wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur.
Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh
tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang
dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif.
(1) Perhatian
pada problem menapouse,
(2)Perhatian
pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis,
(3) Deteksi
dini kanker rahim,
(4)Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini:
penyakit sistem sirkulasi, kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran
reproduksi, kanker payudara, ISR/IMS/HIV/AIDS,
(5) Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi
oleh pengalaman reproduksi sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini
Asuhan apa yang
diberikan seperti:
(1) Perhatian
pada problem menapouse,
(2) Penyakit jantung koroner “Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi
wanita dari penyakit jantung koroner, berkurangnya hormone estrogen dapat
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak
baik (LDL) yang meningkatkan kejadian jantung koroner”,
(3) Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat
penurunan kadar hormone estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah,
(4) Gangguan mata “ Mata
terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang”,
(5) Kepikunan“Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi
susunan saraf pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan
berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe
Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup
lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan”, (f) Deteksi dini kanker rahim.
4.
Materi
Kespro
a. Organ
Reproduksi perempuan
(1). Indung telur. Jumlah dua buah,
terletak di kiri dan kanan rahim. Berfungsi
mengeluarkan sel telur sebulan sekali secara bergantian.
mengeluarkan sel telur sebulan sekali secara bergantian.
(2). Fimbria (ujung rahim). Bentuknya
seperti tangan. Berfungsi menangkap sel telur yang
dikeluarkan oleh indung telur.
dikeluarkan oleh indung telur.
(3). Saluran telur. Berfungsi mengantar
telur dari indung telur menuju rahim.
(4). Rahim, berfungsi sebagai tempat
menyimpan janin
(5). Leher rahim
(6). Liang senggama, berfungsi sebagai
tempat keluarnya menstruasi, tempat penis saat
bersenggama dan sebagai jalan keluar bayi saat melahirkan.
bersenggama dan sebagai jalan keluar bayi saat melahirkan.
b.
Organ reproduksi laki-laki
(1).Scrotum (kantung penis)
(2).Testis, jumlahnya dua buah, berfungsi
memproduksi sperma
(3).Saluran sperma, berfungsi menyalurkan
sperma dari testis menuju vesica seminalis.
(4).Vesica seminalis, sebagai tempat dikumpulkannya
sperma yang dihasilkan oleh
testis. Vesica seminalis memproduksi cairan mani yang kemudian bercampur dengan
sel sperma.
testis. Vesica seminalis memproduksi cairan mani yang kemudian bercampur dengan
sel sperma.
(5).Saluran kencing
(6). Penis
c.
Seks dan Kehamilan
Hubungan seks dapat menyebabkan kehamilan bila perempuan berada dalam masa subur. Artinya walaupun hubungan seks hanya dilakukan satu kali, perempuan sudah bisa hamil. Apalagi bila dilakukan lebih dari satu kali. Hubungan seks sebelum menikah banyak mengandung risiko, seperti : kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan atau terkena penyakit menular seksual.
Hubungan seks dapat menyebabkan kehamilan bila perempuan berada dalam masa subur. Artinya walaupun hubungan seks hanya dilakukan satu kali, perempuan sudah bisa hamil. Apalagi bila dilakukan lebih dari satu kali. Hubungan seks sebelum menikah banyak mengandung risiko, seperti : kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan atau terkena penyakit menular seksual.
Kehamilan dapat terjadi karena pertemuan
benih laki-laki dan perempuan. Pada saat hubungan seks dilakukan, alat kelamin
laki-laki masuk ke dalam vagina. Bila terjadi ajakulasi (pengeluaran sperma dan
cairan mani) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada di dalam vagina
memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang berisiko terjadinya pembuahan
dan kehamilan.
Tanda-tanda kehamilan meliputi : tidak
datang haid, pusing dan muntah pada pagi hari, buah dada membesar, sekitar
putting susu agak gelap dan perut ibu membesar.
Kehamilan pada masa remaja dapat
menyebabkan berbagai risiko yang mengancam remaja dan bayinya, yaitu :
keguguran, bayi lahir sebelum waktunya serta berat badan lahir rendah, proses
kelahiran dengan penyulit yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu atau bayinya.
Risiko lain bagi remaja dapat mengalami gangguan kejiwaan, risiko putus sekolah
serta aborsi yang tidak aman.
d.
Pencegahan Kehamilan
Kontrasepsi merupakan suatu metode untuk mencegah terjadinya kehamilan. Macamnya antara lain :
Kontrasepsi merupakan suatu metode untuk mencegah terjadinya kehamilan. Macamnya antara lain :
1.
Metode Kontrasepsi Alamiah
Yaitu pencegahan kehamilan tanpa menggunakan alat dan tanpa pemeriksaan medis, meliputi : abstinesia (tidak melakukan hubungan seks), senggama terputus (pada puncak senggama penis dikeluarkan dari vagina sehingga mani keluar di luar vagina), pantang berkala (tidak senggama pada masa subur).
Yaitu pencegahan kehamilan tanpa menggunakan alat dan tanpa pemeriksaan medis, meliputi : abstinesia (tidak melakukan hubungan seks), senggama terputus (pada puncak senggama penis dikeluarkan dari vagina sehingga mani keluar di luar vagina), pantang berkala (tidak senggama pada masa subur).
2.
Metode Kontrasepsi Buatan
Yaitu pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat, dan harus melalui pemeriksaan medis. Metode ini terdiri dari non hormonal (kondom, spermisida dan alat kontrasepsi dalam rahim) serta hormonal (pil, suntik, susuk)
Yaitu pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat, dan harus melalui pemeriksaan medis. Metode ini terdiri dari non hormonal (kondom, spermisida dan alat kontrasepsi dalam rahim) serta hormonal (pil, suntik, susuk)
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Penyaringan atau screening adalah upaya
mendeteksi/mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan
laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit,
selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
2. Bentuk screening
dibagi menjadi dua bagian Screening Seri dan Screenig parallel.
3. Ruang lingkup kespro mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Pendekatan yang diterapkan
dalam menguraikan ruang lingkup kespro adalah pendekatan siklus hidup,
yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi
pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut.
Dengan demikian, masalah kespro pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan,
yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada
masa kehidupan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar