Kamis, 05 Juni 2014

Makalah Hubungan Diabetes Melitus Dengan Teori BLUM

TUGAS : EPIDEMIOLOGI PERILAKU


MAKALAH
HUBUNGAN TEORI HENDRIK BLUM
DENGAN DIABETES MELITUS









DISUSUN OLEH :

NAMA : SARAH FEBRIANA ELEUJAAN  
NIM :  1110118


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
TAMALATEA MAKASSAR
 2013/2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kita semua terutama penulis, sehingga  makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan sebagai salah satu tugas dari mata kulia jurusan.
Topik yang menjadi pilahan penulis pada makalah ini adalahHubungan Teori Hendrick Blum Dengan Diabetes Melitus”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, atas bimbingannya yang tidak pernah putus sehingga mengantarkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, olehnya itu penulis sanggat mengharapkan kritikan maupun saran terutama yang bersifat membangun dan melengkapi kekurangan dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang sedang dalam proses pembelajaran.




                                                                        Makassar, 27 januari 2014


                                                                                    Penyusun









BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang
Penyakit kencing manis telah dikenal ribuan tahun sebelum masehi. Dalam manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir sekitar tahun 1550 sM- kemudian dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang member kesan diabetes.
Demikian pula dalam buku India Aryuveda 600 sM penyakit ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat bersifat ganas dan berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat. Dua ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah memberikan adanya suatu penyakit yang ditandai dengan  kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh rahasia dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia berpendapat bahwa penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan dibuang melalui air seni. Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 s/d 6 juga menemukan penyakit ini, dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya manis. Willis pada tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Sejak itu penyakit itu ditambah dengan kata mellitus yang artinya madu. Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Pada tahun Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes pada anjing yang diambil pancreasnya. Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan asistennya yang masih mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954-1956 ditemukan tablet jenis sulfonylurea generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin. Sejak itu banyak ditemukan obat seperti sulfonylurea generasi kedua dan ketiga serta golongan lain seperti biguanid dan penghambat glukosidase alfa.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. DM merupakan salah satu penyakit degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar ,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Klasifikasi atau jenis diabetes ada bermacam-macam, tetapi di Indonesia yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2. Jenis diabetes yang lain ialah DM tipe 1; diabetes kehamian/gestasional (DMG) dan diabetes tipe lain. Ada juga kelompok individu lain dengan toleransi glukosa abnormal tetapi kadar glukosanya belum memenuhi syarat masuk ke dalam kelompok diabetes mellitus, disebut toleransi glukosa terganggu (TGT).
Sebenarnya penyakit diabetes tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Kesulitan diagnosis timbul karena kadang-kadang dia dating tenang dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien ke dalam komplikasi fatal. Oleh karena itu, mengenal tanda-tanda awal penyakit diabetes ini menjadi sangat penting.


   B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus ?
2.      Bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus ?
3.      Bagaimana Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus ?
4.      Dapat Menjelaskan Hubungan teori BLUM dengan penyakit diabetes ?



   C.    Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
1.      Mengetahui Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus.
2.      Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
3.      Mengetahui Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus.
4.      Mengetahui Hubungan Teori BLUM.


























BAB II
PEMBAHASAN


   A.    Defenisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri.
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.Gangren adalah nekrosis yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering  sebagai akibat kerja kuman tertentu, misalnya Klostridia.Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi nekrosis isemik bagian distal anggota tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang sesuai.          
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.


   B.     Penyebab

1.      Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.

2.      Kurang tidur
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit kembali.

3.      Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. Untuk penderita diabetes bisa juga membaca artikel
makanan diabetes melitus.

4.      Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.

5.      Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.

6.      Faktor Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu) menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.


    C.    Gejala-gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita.  Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :
Gejala-gejala diabetes mellitus :

1.      Gejala akut Pada permulaan :

a.       Banyak makan (poifagia)
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

b.      Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

c.       Banyak kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
Penderita menunjukan berat badan terus naik dan tambah gemuk karena jumlah insulin masih mencukupi.

2.      Gejala kurang insulin :

a.       Polidipsia (haus meningkat) dan poliuria (sering kencing)
b.      Nafsu makan berkurang
c.       Kadang timbul rasa mual jika glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai Banyak minum dan kencing
d.      BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu
Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
e.       Bila tidak diobati penderita akan merasa mual bahkan akan jatuh koma disebut koma diabetic akibat glukosa terlalu tinggi > 600 mg/dl.


3.      Gejala kronik

Gejala ini biasa muncul sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap DM Gejala antara lain :
a.       Kesemutan
b.      Kulit terasa panas atau seperti di tusuk jarum
c.       Rasa tebal di kulit
d.      Kram
e.       Capai
f.       Mudah ngantuk
g.      Mata kabur (sering ganti kaca mata)
h.      Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
i.        Para ibu hamil sering mengalami keguguran dengan berat badan lahir 4 kg.
j.        Kepekaan genetic
k.       Peristiwa lingkungan (benda asing) mengawali proses pada individu yang peka.
l.        Respon radang pancreas yang disebut “ insulitis”. Sel yang menyerbuk pulau-pulau adalah limfosit T aktif.
m.    Aktifasi auto imunitas. Perubahan pada permukaan sel-sel beta, sehingga oleh sistenm imun dikenal seabagai “ non-self” (asing).
n.      Timbul respon imun. Antibody sitotoksit menyerang sel beta (lebih dari 90%)à DM.


4.      Stadium

a.       Stadium luka

1)      Anatomi kulit
Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas.
Full Thickness : hilangnya lapisan sub kutan.

Stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis.
Stadium II : hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas.
Stadium III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub kutan
Stadium IV : rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang

2)      Warna dasar luka

 Red/merah : (pink/merah/merah tua) disebut jaringan sehat, granulasi/epiteisasi, vaskulerisasi.

Yellow/kuning : (kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan mati yang lunak, fibrinolitik, slough, avaskularisasi.

Black/hitam : jaringan nekrosis, avaskularisasi.

3)      Stadium Wagner untuk luka diabetic

Superficial ulcers
Stadium O : tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol/charcot arthropathies
Stadium I : hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak menonjol.

Deep ulcers
Stadium II : lesi terbuka dengan penetrasi ke tulanh atau tendon (dengan goa).
Stadium III : penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarthrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon.

Gangren
Stadium IV : gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab/kering.





   D.    Patofisiologi

1.      Diabetes Melitus

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

a.       Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
b.      Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c.       Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

2.      Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

a.       Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal  melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

b.      Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya  aliran darah  ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka  penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Gejala umum penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang timbul adalah berupa kesemutan atau keram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri pada waktu istirahat.Akibat dari keluhan ini, apabila penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan.Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku kemudian timbul gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar dengan cepat (Subjahyo A,1998). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh. Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau yang semakin tajam.



   E.     KLASIFIKASI

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :

1.      Diabetes Melitus tipe 1

DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset” atau “Insulin dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile onset” sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40.

Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.

DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4. Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.


2.      Diabetes Melitus tipe 2

Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup). DM tipe 2  ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolisis.
efek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup  yang diabetogenik (asupan kalori  yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.  Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.

3.      Diabetes Melitus tipe lain

a.       Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik  yang mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.

b.      Defek genetik kerja insulin
Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.

c.       Penyakit eksokrin pancreas
Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.

d.      Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti  pada sindroma Cushing, glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.

e.       Karena obat/zat kimia
Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja insulin.

f.       Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B, CMV, adenovirus, dan mumps.


g.      Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pankreas.

h.      Sindroma genetik lain
Down’s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.


F.     KOMPLIKASI

Betapa seriusnya penyakit diabetes yang menyerang penyandang DM dapat dilihat pada setiap komplikasi yang ditimbulkannya. Lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap secara bersamaan yaitu :

1.      Jantung diabetes
2.      Ginjal diabetes
3.      Mata diabetes
4.      Saraf diabetes
5.      Kaki diabetes
Pencegahan pada diabetes mellitus sangat penting mengingat sifat penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul komplikasi, biaya perawatannya sangat mahal.       
Masyarakat perlu dilibatkan dalam program pencegahan dan pengelolaan penyakit diabetes ini. Dengan pengetahuan yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama pada kelompok risiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes mellitus, disebut pencegahan primer. Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, disebut pencegahan sekunder atau mencegah berlanjutnya koomplikasi menjadi lebih buruk atau fatal, disebut pencegahan tersier. Dengan program pencegahan pada tingkat manapun, akans angat membantu penyandang DM dan keluarga serta masyarakat secara keseluruhan.

G.    TEORI HENDRICK BLUM DENGAN PENYAKIT DIABETES

1.      Lingkungan
Ada Penelitian mengungkapkan bahwa wanita hamil yang tinggal di lingkungan tercemar lebih mungkin melahirkan bayi berat lahir rendah yang bisa memicu risiko diabetes tipe 2.
Polusi udara dapat bereaksi dengan lemak dan protein yang menyebabkan kerusakan sel atau peradangan dalam tubuh. Kedua hal ini memicu resistensi insulin.
Penelitian yang dilakukan tim ilmuwan dari Helmholtz Zentrum di Munich mempelajari sampel darah dari 397 anak-anak berusia 10 tahun dan diperkirakan berapa rata-rata terkena paparan polusi asap knalpot setiap hari.
Hasilnya, mereka yang tinggal di daerah yang tinggi tingkat polusinya (keberadaan nitrogendioksida di udara) lebih mungkin terkena resistensi insulin.
Dalam setiap tambahan jarak 500 meter antara rumah mereka dengan jalan raya, ini meningkatkan resistensi insulin sebanyak 7%.
"Hasil penelitian ini mendukung gagasan bahwa perkembangan diabetes pada orang dewasa mungkin dipengaruhi oleh asal-usulnya pada awal kehidupan (saat masih kecil), termasuk paparan lingkungan.
 Selain itu lingkungan yang menyediakan fasilitas jalan kaki yang ramah ternyata membantu kita untuk mengurangi kadar gula dalam tubuh. Para peneliti dari Rumah Sakit St Michael, seperti menemukan, kurang berjalan dan lebih bergantung pada mobil semakin memperbesar risiko terserang diabetes.
Intinya, lingkungan menentukan diabetesmu. “Meskipun diabetes dapat dicegah melalui aktivitas fisik, makan sehat, dan menurunkan berat badan, lingkungan di mana kita tinggal juga merupakan indikator penting apakah orang tersebut berisiko atau tidak,”.
Selain itu lingkungan kerja dapat memepengaruhi ridiko diabetes seseorang. Stress akibat pekerjaan ternyata memicu ketidakstabilan tingkat gula darah dalam tubuh. Parahnya,risiko ini hanya terjadi pada kaum wanita,karena wanita cebderung tidak mengontrol tingkat streesnya. Akibatnya kebanyakan melampisakannya pada makanan dengan tinkat lemak dan gula tinggi,merokok,serta malas melakukan aktivitas fisik.
Strees juga menyebabkam perubahan dalam fungsi sisitem kekebalan tubuh dan ketidakseimbangan kadar hormon dalam tubuh,sehingga memicu risiko diabetes.



2.      Perilaku
            Faktor perilaku yang terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah faktor perilaku yang bersifat individu seperti gaya hidup, kegemukan, pola makan, kurang olahraga dan sebagainya. Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
Kegiatan fisik dan olahraga bemanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain yang setara. Kurang gerak atau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes.
Selain itu perilaku buruk penyebab diabetes yang sehari-hari ternyata justru membahayakan diri kita di kemudian hari. Memang, pertama tama hal itu mungkin tidak membawa efek apa-apa bagi tubuh kita, tetapi efek itu akan terus berkumpul samapi suatu saat akan meledak, sehingga membuat kita sakit parah. Hal-hal di bawah ini adalah perilaku kita sehari-hari yang dapat membuat kita terkena diabetes.
a.       Minum teh manis setiap hari
Minum teh manis setiap paginya bukan membuat kita bertambah sehat, bahkan akan dapat membuat kita sakit suatu saat nanti. Penjelasannya sederhana, tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes. Solusi penggantinya adalah minum air putih setiap bangun pagi , teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari dua sendok teh sehari.

b.      Makan Gorengan
Gorengan adalah makanan rakyat sudah menjamur di mana-mana, kadangkala ini adalah camilan yang nikmat untuk perjalan. Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.

c.       Suka makan camilan
Makan camilan sepertinya tidak bisa lepas dari keseharian kita, kadang bila bekerja, agar tidak suntuk kita sering memakan camilan, seperti keripik atau yang lainnya. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Pengganti: Sediakan buah-buahan segar untuk mengganti camilan Anda.

d.      Malas berolahraga
Aktivitas berangkat pagi dan pulang di malam hari untuk sebagian pekerja seringkali melupakan kita untuk berolahraga, padahal hal ini sangat berbahaya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.Kesimpulannya, mereka yang sedikit berolahraga memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Solusi: Jadwalkan rutinitas olahraga Anda, bisa jogging, bersebeda, olahraga permainan seperti futsal, bulu tangkis dll.

e.       Kecanduan rokok
Rokok yang sepertinya sudah sangat lazim di kalangan masyarakat ternyata juga dapat memicu terjangkitnya diabetes. Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup atau lifestyle tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
Solusi pengganti rokok adalah dengan memakan permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan bersertifikat resmi.

f.       Menggunakan pil kontrasepsi
Banyak para wanita yang rentan terkena diabetes karena menggunakan pil sebai alat kontrasepsinya. Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari  tahun.

g.      Jarang terkena sinar matahari
Bagi kita yang selalu bekerja di dalam ruangan, maka akan jarang terkena sinar matahari, apalagi bagi yang masuk kantor di pagi hari dan pulang di malam hari. Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum “berjemur” di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.

h.      Sering Minum Minuman Bersoda
Minuman soda seperti coca-cola, sprite atau fanta ternyata bisa memicu penyakit diabetes jika dikonsumsi terlalu sering. Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.


3.      Pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan pengobatan dan deteksi dini penyakit diabetes masih minim. Fasilitas kesehatan seperti sarana prasarana yang mampu mendeteksi dan menangani penyakit diabetes mellitus hanya terdapat di Rumah Sakit, sedangkan di Puskesmas belum  ada. Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan agar orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa ditangani dengan baik, agar tidak terjadi diabetes. Pelayanan kesehatan yang kurang tepat dapat memperburuk kondisi penderita. Pelayanan diagnosapun harus baik, karena disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena diabetes atau tidak. Jangan sampai ada kekeliruan misalnya orang yang tidak menderita diabetes divonis menderita diabetes begitu juga sebaliknya.


4.      Keturunan
Patut diketahui bahwa memang faktor genetik atau turunan memiliki peranan yang besar terhadap keterjangkitan penyakit diabetes pada seseorang.
Orang sering menyebutnya dengan penyakit diabetes keturunan karena adanya hubungan genetik sebagai faktor penyebab diabetes. Meskipun diketahui bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan, namun mekanisme kerjanya sendiri cenderung rumit dan sulit untuk diketahui oleh kalangan ahli sekalipun.
Namun sebetulnya, hal lainnya yang tak kalah penting ialah faktor lingkungan yang turut andil dalam keterjangkitan diabetes tersebut. Banyak sekali faktor lingkungan yang dimaksud mulai dari obesitas atau kegemukan, pola makan yang tidak sehat, kurangnya berolahraga, banyak mengonsumsi kalori, lemak, dan minim mengonsumsi makanan berserat seperti buah, sayuran, dan terlalu banyak duduk.
Memiliki ibu atau ayah yang kebetulan menderita diabetes, memang kemungkinan besar menyebabkan Anak  juga mengalami diabetes keturunan. Namun, faktor-faktor lingkungan di atas juga berkontribusi besar terhadap terjadinya penyakit ini.
Tidak semua anak yang orang tuanya memiliki riwayat sebagai penderita diabetes, anaknya juga akan menderita diabetes di kemudian hari. Padahal semua orang juga bisa terkena diabetes jika gaya hidupnya mendekati hal-hal yang bisa memicu diabetes sekalipun orang tuanya tidak memiliki riwayat penyakit ini.
Jika diibaratkan faktor genetik itu seperti sebatang lilin yang senantiasa bersama dengan kita, maka lilin tersebut akan menyala ketika ada pemantiknya (faktor penyebab). Pemantik tersebut ialah faktor lingkungan tadi sehingga sebetulnya lilin itu tidak akan menyala sepanjang kita pandai menjauhkan sumbunya dari pemantiknya itu (faktor lingkungan berupa pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori, dan lainnya).
Seberapa besar pun potensi genetik diabetes keturunan pada seseorang, jika faktor lingkungannya tidak mendukung maka kemungkinan berkembangnya penyakit diabetes menjadi sangat kecil. Sebaliknya, sekalipun orang tua Anda tidak memiliki riwayat menderita penyakit diabetes namun karena faktor lingkungannya tidak dapat terkontrol dengan baik maka tetap saja kita berpeluang besar untuk menderita diabetes.

















BAB III
PENUTUP


     A.    KESIMPULAN
1.      Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu.
2.      Betapa seriusnya penyakit diabetes yang menyerang penyandang DM dapat dilihat pada setiap komplikasi yang ditimbulkannya. Lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap secara bersamaan yaitu : Jantung diabetes, Ginjal diabetes, Mata diabetes, Saraf diabetes dan Kaki diabetes.
3.       

    B.     SARAN

Jika anda kelebihan berat badan, kurangi kalori,makan makanan yang sehat dan bergizi serta olahraga yang teratur.karena hidup yang sehat adalah dambaan semua orang. Selain itu untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar