TUGAS :
EPIDEMIOLOGI PERILAKU
MAKALAH
HUBUNGAN TEORI HENDRIK BLUM
DENGAN DIABETES MELITUS
DISUSUN
OLEH :
NAMA : SARAH FEBRIANA ELEUJAAN
NIM : 1110118
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
TAMALATEA
MAKASSAR
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kita semua
terutama penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan sebagai salah satu
tugas dari mata kulia jurusan.
Topik yang menjadi
pilahan penulis pada makalah ini adalah “Hubungan Teori Hendrick Blum Dengan Diabetes Melitus”.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, atas bimbingannya yang tidak pernah
putus sehingga mengantarkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, olehnya itu penulis sanggat mengharapkan
kritikan maupun saran terutama yang bersifat membangun dan melengkapi
kekurangan dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua yang sedang dalam proses pembelajaran.
Makassar, 27 januari 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit kencing manis telah dikenal
ribuan tahun sebelum masehi. Dalam manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir
sekitar tahun 1550 sM- kemudian dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan
beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang
member kesan diabetes.
Demikian pula dalam buku India
Aryuveda 600 sM penyakit ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat
bersifat ganas dan berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat. Dua
ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah memberikan adanya suatu penyakit yang
ditandai dengan kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang
penuh rahasia dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti
siphon atau tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia
berpendapat bahwa penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah
dihancurkan dan dibuang melalui air seni. Cendekiawan Cina dan India pada abad
3 s/d 6 juga menemukan penyakit ini, dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien
itu rasanya manis. Willis pada tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti
digelimangi madu dan gula. Sejak itu penyakit itu ditambah dengan kata mellitus
yang artinya madu. Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada
tahun 1000. Pada tahun Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes
pada anjing yang diambil pancreasnya. Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan
dengan penemuan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting
dan asistennya yang masih mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun
1954-1956 ditemukan tablet jenis sulfonylurea generasi pertama yang dapat
meningkatkan produksi insulin. Sejak itu banyak ditemukan obat seperti
sulfonylurea generasi kedua dan ketiga serta golongan lain seperti biguanid dan
penghambat glukosidase alfa.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative. DM
merupakan salah satu penyakit degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta
baru sebesar ,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan pada
tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Klasifikasi atau jenis diabetes ada
bermacam-macam, tetapi di Indonesia yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe
2. Jenis diabetes yang lain ialah DM tipe 1; diabetes kehamian/gestasional
(DMG) dan diabetes tipe lain. Ada juga kelompok individu lain dengan toleransi
glukosa abnormal tetapi kadar glukosanya belum memenuhi syarat masuk ke dalam
kelompok diabetes mellitus, disebut toleransi glukosa terganggu (TGT).
Sebenarnya penyakit diabetes
tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal. Kesulitan diagnosis timbul
karena kadang-kadang dia dating tenang dan bila dibiarkan akan menghanyutkan
pasien ke dalam komplikasi fatal. Oleh karena itu, mengenal tanda-tanda awal
penyakit diabetes ini menjadi sangat penting.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa
Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus ?
2.
Bagaimana
Patofisiologi Diabetes Melitus ?
3.
Bagaimana Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus ?
4.
Dapat
Menjelaskan Hubungan teori BLUM dengan penyakit diabetes ?
C.
Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
1.
Mengetahui Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus.
2.
Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
3.
Mengetahui Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus.
4.
Mengetahui
Hubungan Teori BLUM.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Diabetes
Mellitus
Diabetes
Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut
sebagai silent killer selain penyakit jantung,
Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan
lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada
baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri.
Diabetes
mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.Gangren adalah nekrosis
yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat kerja kuman tertentu, misalnya
Klostridia.Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena penimbunan
senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi nekrosis isemik bagian distal
anggota tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang sesuai.
Diabetes
Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.
B.
Penyebab
1.
Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.
2.
Kurang tidur
Kurang tidur dapat menyebabkan
berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit.
Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko
terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang,
istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit
kembali.
3.
Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. Untuk penderita diabetes bisa juga membaca artikel makanan diabetes melitus.
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. Untuk penderita diabetes bisa juga membaca artikel makanan diabetes melitus.
4.
Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
5.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift
ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya
aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya
terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi
berlebih.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
6.
Faktor Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau
genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka
kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes
telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena
keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu) menderita diabetes, maka
kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu
orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan
anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orang
tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita
penyakit diabetes yaitu 15%.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.
C.
Gejala-gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada
awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah :
Gejala-gejala
diabetes mellitus :
1.
Gejala
akut Pada permulaan :
a.
Banyak makan (poifagia)
Kalori dari makanan yang dimakan,
setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
b. Banyak
minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami oleh
penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini
justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang
panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita
minum banyak.
c. Banyak
kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah
yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
Penderita menunjukan berat
badan terus naik dan tambah gemuk karena jumlah insulin masih mencukupi.
2.
Gejala
kurang insulin :
a.
Polidipsia (haus meningkat) dan poliuria (sering kencing)
b.
Nafsu makan berkurang
c.
Kadang timbul rasa mual jika glukosa darah
melebihi 500 mg/dl, disertai Banyak minum dan kencing
d.
BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu
Penurunan BB yang berlangsung dalam
waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang
menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok.
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
e.
Bila tidak diobati penderita akan merasa mual
bahkan akan jatuh koma disebut koma diabetic akibat glukosa terlalu tinggi >
600 mg/dl.
3.
Gejala
kronik
Gejala
ini biasa muncul sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap DM Gejala antara lain :
a.
Kesemutan
b.
Kulit terasa panas atau seperti di tusuk
jarum
c.
Rasa tebal di kulit
d.
Kram
e.
Capai
f.
Mudah ngantuk
g.
Mata kabur (sering ganti kaca mata)
h.
Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
i.
Para ibu hamil sering mengalami keguguran
dengan berat badan lahir 4 kg.
j.
Kepekaan genetic
k.
Peristiwa lingkungan (benda asing)
mengawali proses pada individu yang peka.
l.
Respon radang pancreas yang disebut “
insulitis”. Sel yang menyerbuk pulau-pulau adalah limfosit T aktif.
m.
Aktifasi auto imunitas. Perubahan pada
permukaan sel-sel beta, sehingga oleh sistenm imun dikenal seabagai “ non-self”
(asing).
n.
Timbul respon imun. Antibody sitotoksit
menyerang sel beta (lebih dari 90%)Ã DM.
4.
Stadium
a.
Stadium luka
1)
Anatomi kulit
Partial
Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas.
Full
Thickness : hilangnya lapisan sub kutan.
Stadium
I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis.
Stadium
II : hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas.
Stadium
III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub kutan
Stadium
IV : rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang
2)
Warna dasar luka
Red/merah
: (pink/merah/merah tua) disebut jaringan sehat, granulasi/epiteisasi,
vaskulerisasi.
Yellow/kuning
: (kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan
mati yang lunak, fibrinolitik, slough, avaskularisasi.
Black/hitam
: jaringan nekrosis, avaskularisasi.
3)
Stadium Wagner untuk luka diabetic
Superficial ulcers
Stadium
O : tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk tulang
kaki yang menonjol/charcot arthropathies
Stadium
I : hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak menonjol.
Deep ulcers
Stadium
II : lesi terbuka dengan penetrasi ke tulanh atau tendon (dengan goa).
Stadium
III : penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarthrosis, plantar abses atau infeksi
hingga tendon.
Gangren
Stadium
IV : gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit
sekitarnya selulitis, gangrene lembab/kering.
D.
Patofisiologi
1.
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik
dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin
berikut:
a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh
sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi
300 – 1200 mg/dl.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan
tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi
cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf
perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
2. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai
terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan
teori glikosilasi.
a.
Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan
penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport
glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi
habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
b.
Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan
menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD)
sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama
yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,
nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (
Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Gejala
umum penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang
timbul adalah berupa kesemutan atau keram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan
nyeri pada waktu istirahat.Akibat dari keluhan ini, apabila penderita mengalami
trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan.Luka tersebut biasanya
disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku kemudian timbul gelembung
pada telapak kaki. Kadang menjalar sampai punggung kaki dimana tidak
menimbulkan rasa nyeri sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung
tersebut dan akan menjalar dengan cepat (Subjahyo A,1998). Apabila luka
tersebut tidak sembuh-sembuh. Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan
yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah
yang makin banyak serta adanya bau yang semakin tajam.
E.
KLASIFIKASI
Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus
adalah sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1
sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset” atau “Insulin
dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi
kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile
onset” sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari
usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi
pada akhir usia 30 atau menjelang 40.
Karakteristik
dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar
glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap
stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin.
DM tipe 1
sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi
pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans.
Pada 85% pasien ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid
decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1
meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave,
tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human
Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4. Kelainan
autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana
sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul
sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi destruksi
sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu
serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie),
toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain
akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang
idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang
bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada
ras tertentu Afrika dan Asia.
2. Diabetes
Melitus tipe 2
Tidak
seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA,
virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih
berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung
seumur hidup). DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi
insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat
pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma,
penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.
efek yang terjadi pada DM tipe 2
disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan kalori yang
berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan
secara genetik. Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah
berbeda-beda untuk setiap ras.
3. Diabetes
Melitus tipe lain
a.
Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa
bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta,
dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun)
atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan
sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah
diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering
adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode
glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.
b.
Defek genetik kerja insulin
Terdapat
mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia,
hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat
mengalami akantosis nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran
ovarium.
c.
Penyakit eksokrin pancreas
Meliputi
pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.
d.
Endokrinopati
Beberapa
hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis
aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada sindroma
Cushing, glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya
terjadi pada orang yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan
hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi.
e.
Karena obat/zat kimia
Beberapa
obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan
pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu
kerja insulin.
f.
Infeksi
Virus
tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus
B, CMV, adenovirus, dan mumps.
g.
Imunologi
Ada dua
kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi
antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar
autoantibodi GAD di sel beta pankreas.
h.
Sindroma genetik lain
Down’s
syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.
F.
KOMPLIKASI
Betapa seriusnya penyakit diabetes yang
menyerang penyandang DM dapat dilihat pada setiap komplikasi yang
ditimbulkannya. Lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat
saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap secara bersamaan yaitu :
1.
Jantung
diabetes
2.
Ginjal
diabetes
3.
Mata
diabetes
4.
Saraf
diabetes
5.
Kaki
diabetes
Pencegahan pada diabetes mellitus
sangat penting mengingat sifat penyakitnya yang menahun dan bila telah timbul
komplikasi, biaya perawatannya sangat mahal.
Masyarakat perlu dilibatkan dalam
program pencegahan dan pengelolaan penyakit diabetes ini. Dengan pengetahuan
yang memadai, masyarakat dilibatkan dalam program skrining kasus baru terutama
pada kelompok risiko tinggi untuk timbulnya penyakit diabetes mellitus, disebut
pencegahan primer. Sementara itu untuk kelompok masyarakat yang telah menjadi
penyandang diabetes, dapat diajak melakukan pencegahan mandiri terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi, disebut pencegahan sekunder atau mencegah
berlanjutnya koomplikasi menjadi lebih buruk atau fatal, disebut pencegahan
tersier. Dengan program pencegahan pada tingkat manapun, akans angat membantu
penyandang DM dan keluarga serta masyarakat secara keseluruhan.
G. TEORI HENDRICK BLUM DENGAN PENYAKIT
DIABETES
1.
Lingkungan
Ada Penelitian mengungkapkan bahwa
wanita hamil yang tinggal di lingkungan tercemar lebih mungkin melahirkan bayi
berat lahir rendah yang bisa memicu risiko diabetes tipe 2.
Polusi udara dapat bereaksi dengan
lemak dan protein yang menyebabkan kerusakan sel atau peradangan dalam tubuh.
Kedua hal ini memicu resistensi insulin.
Penelitian yang dilakukan tim
ilmuwan dari Helmholtz Zentrum di Munich mempelajari sampel darah dari 397
anak-anak berusia 10 tahun dan diperkirakan berapa rata-rata terkena paparan polusi
asap knalpot setiap hari.
Hasilnya, mereka yang tinggal di daerah yang tinggi tingkat polusinya (keberadaan nitrogendioksida di udara) lebih mungkin terkena resistensi insulin. Dalam setiap tambahan jarak 500 meter antara rumah mereka dengan jalan raya, ini meningkatkan resistensi insulin sebanyak 7%.
Hasilnya, mereka yang tinggal di daerah yang tinggi tingkat polusinya (keberadaan nitrogendioksida di udara) lebih mungkin terkena resistensi insulin. Dalam setiap tambahan jarak 500 meter antara rumah mereka dengan jalan raya, ini meningkatkan resistensi insulin sebanyak 7%.
"Hasil penelitian ini mendukung
gagasan bahwa perkembangan diabetes pada orang dewasa mungkin dipengaruhi oleh
asal-usulnya pada awal kehidupan (saat masih kecil), termasuk paparan
lingkungan.
Selain itu lingkungan yang menyediakan fasilitas jalan kaki yang ramah
ternyata membantu kita untuk mengurangi kadar gula dalam tubuh. Para peneliti
dari Rumah Sakit St Michael, seperti menemukan, kurang berjalan dan lebih
bergantung pada mobil semakin memperbesar risiko terserang diabetes.
Intinya, lingkungan menentukan
diabetesmu. “Meskipun diabetes dapat dicegah
melalui aktivitas fisik, makan sehat, dan menurunkan berat badan, lingkungan di
mana kita tinggal juga merupakan indikator penting apakah orang tersebut
berisiko atau tidak,”.
Selain itu
lingkungan kerja dapat memepengaruhi ridiko diabetes seseorang. Stress akibat
pekerjaan ternyata memicu ketidakstabilan tingkat gula darah dalam tubuh.
Parahnya,risiko ini hanya terjadi pada kaum wanita,karena wanita cebderung
tidak mengontrol tingkat streesnya. Akibatnya kebanyakan melampisakannya pada
makanan dengan tinkat lemak dan gula tinggi,merokok,serta malas melakukan
aktivitas fisik.
Strees juga
menyebabkam perubahan dalam fungsi sisitem kekebalan tubuh dan
ketidakseimbangan kadar hormon dalam tubuh,sehingga memicu risiko diabetes.
2.
Perilaku
Faktor
perilaku yang terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah faktor perilaku
yang bersifat individu seperti gaya hidup, kegemukan, pola makan, kurang
olahraga dan sebagainya. Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg
cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus.
Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Konsumsi makan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai
dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan
menyebabkan diabetes melitus.
Kegiatan fisik dan olahraga
bemanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran, mencegah
kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta
memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakukan secara teratur. Macam dan
takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan
kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari seseorang kurang memungkinkan
gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau melakukan kegiatan lain
yang setara. Kurang gerak atau hidup santai merupakan faktor pencetus diabetes.
Selain itu
perilaku buruk penyebab diabetes yang sehari-hari ternyata justru membahayakan
diri kita di kemudian hari. Memang, pertama tama hal itu mungkin tidak membawa
efek apa-apa bagi tubuh kita, tetapi efek itu akan terus berkumpul samapi suatu
saat akan meledak, sehingga membuat kita sakit parah. Hal-hal di bawah ini
adalah perilaku kita sehari-hari yang dapat membuat kita terkena diabetes.
a.
Minum teh manis setiap hari
Minum teh manis
setiap paginya bukan membuat kita bertambah sehat, bahkan akan dapat membuat
kita sakit suatu saat nanti. Penjelasannya sederhana, tingginya asupan gula
menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori.
Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan).
Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari
(tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200
kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga
kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Solusi penggantinya adalah minum air putih setiap bangun pagi , teh tanpa gula,
atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari dua sendok teh sehari.
b.
Makan Gorengan
Gorengan adalah
makanan rakyat sudah menjamur di mana-mana, kadangkala ini adalah camilan yang
nikmat untuk perjalan. Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat
kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit
degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab
utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah
koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta
penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi
dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan
rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.
c.
Suka makan camilan
Makan camilan
sepertinya tidak bisa lepas dari keseharian kita, kadang bila bekerja, agar
tidak suntuk kita sering memakan camilan, seperti keripik atau yang lainnya.
Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat
arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu
digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula
dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar
gula dalam darah.
Pengganti: Sediakan buah-buahan segar untuk mengganti camilan Anda.
Pengganti: Sediakan buah-buahan segar untuk mengganti camilan Anda.
d.
Malas berolahraga
Aktivitas berangkat pagi dan
pulang di malam hari untuk sebagian pekerja seringkali melupakan kita untuk
berolahraga, padahal hal ini sangat berbahaya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen
dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes
di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih
memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO
untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.Kesimpulannya, mereka
yang sedikit berolahraga memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka
yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Solusi: Jadwalkan rutinitas olahraga Anda, bisa jogging, bersebeda, olahraga permainan seperti futsal, bulu tangkis dll.
Solusi: Jadwalkan rutinitas olahraga Anda, bisa jogging, bersebeda, olahraga permainan seperti futsal, bulu tangkis dll.
e.
Kecanduan rokok
Rokok yang
sepertinya sudah sangat lazim di kalangan masyarakat ternyata juga dapat memicu
terjangkitnya diabetes. Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572
relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes
naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma
disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup atau lifestyle tidak sehat, seperti
pola makan dan olahraga.
Solusi pengganti rokok adalah
dengan memakan permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti
hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan bersertifikat
resmi.
f.
Menggunakan pil kontrasepsi
Banyak para
wanita yang rentan terkena diabetes karena menggunakan pil sebai alat
kontrasepsinya. Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon
estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan
perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi
Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan
kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras
untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih
dan tidak berfungsi dengan baik.
Solusi: Batasi waktu penggunaan
pil-pil hormonal, jangan lebih dari tahun.
g.
Jarang terkena sinar matahari
Bagi kita yang
selalu bekerja di dalam ruangan, maka akan jarang terkena sinar matahari,
apalagi bagi yang masuk kantor di pagi hari dan pulang di malam hari. Menurut
jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium
berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber
vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari
pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian
terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology,
menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh,
termasuk gula darah.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum “berjemur” di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.
Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum “berjemur” di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.
h.
Sering Minum Minuman Bersoda
Minuman soda
seperti coca-cola, sprite atau fanta ternyata bisa memicu penyakit diabetes
jika dikonsumsi terlalu sering. Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’
Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa
peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes
melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena
kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori
cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
3.
Pelayanan kesehatan
Fasilitas kesehatan
pengobatan dan deteksi dini penyakit diabetes masih minim. Fasilitas kesehatan
seperti sarana prasarana yang mampu mendeteksi dan menangani penyakit diabetes
mellitus hanya terdapat di Rumah Sakit, sedangkan di Puskesmas belum ada. Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga
harus ditingkatkan agar orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa
ditangani dengan baik, agar tidak terjadi diabetes. Pelayanan kesehatan yang
kurang tepat dapat memperburuk kondisi penderita. Pelayanan diagnosapun harus
baik, karena disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena diabetes atau
tidak. Jangan sampai ada kekeliruan misalnya orang yang tidak menderita
diabetes divonis menderita diabetes begitu juga sebaliknya.
4.
Keturunan
Patut diketahui bahwa memang faktor
genetik atau turunan memiliki peranan yang besar terhadap keterjangkitan
penyakit diabetes pada seseorang.
Orang sering menyebutnya dengan penyakit diabetes keturunan karena
adanya hubungan genetik sebagai faktor penyebab
diabetes. Meskipun diketahui bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan, namun
mekanisme kerjanya sendiri cenderung rumit dan sulit untuk diketahui oleh
kalangan ahli sekalipun.
Namun sebetulnya, hal lainnya yang tak kalah penting ialah
faktor lingkungan yang turut andil dalam keterjangkitan diabetes tersebut.
Banyak sekali faktor lingkungan yang dimaksud mulai dari obesitas atau
kegemukan, pola makan yang tidak sehat, kurangnya berolahraga, banyak
mengonsumsi kalori, lemak, dan minim mengonsumsi makanan berserat seperti buah,
sayuran, dan terlalu banyak duduk.
Memiliki ibu atau ayah yang kebetulan menderita diabetes,
memang kemungkinan besar menyebabkan Anak juga mengalami diabetes keturunan. Namun,
faktor-faktor lingkungan di atas juga berkontribusi
besar terhadap terjadinya penyakit ini.
Tidak semua anak yang orang tuanya memiliki riwayat sebagai
penderita diabetes, anaknya juga akan menderita diabetes di kemudian hari.
Padahal semua orang juga bisa terkena diabetes jika gaya hidupnya mendekati
hal-hal yang bisa memicu diabetes sekalipun orang tuanya tidak memiliki riwayat
penyakit ini.
Jika diibaratkan faktor genetik itu seperti sebatang lilin
yang senantiasa bersama dengan kita, maka lilin tersebut akan menyala ketika ada pemantiknya (faktor penyebab). Pemantik tersebut ialah
faktor lingkungan tadi sehingga sebetulnya lilin itu tidak akan menyala
sepanjang kita pandai menjauhkan sumbunya dari pemantiknya itu (faktor
lingkungan berupa pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, banyak
mengonsumsi makanan tinggi kalori, dan lainnya).
Seberapa besar pun potensi genetik diabetes keturunan pada
seseorang, jika faktor lingkungannya tidak mendukung maka kemungkinan
berkembangnya penyakit diabetes menjadi sangat kecil. Sebaliknya, sekalipun
orang tua Anda tidak memiliki riwayat menderita penyakit diabetes namun karena
faktor lingkungannya tidak dapat terkontrol dengan baik maka tetap saja kita
berpeluang besar untuk menderita diabetes.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit
yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent
killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit
gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara
perawatan pasien diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai
diabetes melitus itu.
2.
Betapa
seriusnya penyakit diabetes yang menyerang penyandang DM dapat dilihat pada
setiap komplikasi yang ditimbulkannya. Lebih rumit lagi, penyakit diabetes
tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap secara
bersamaan yaitu : Jantung
diabetes, Ginjal
diabetes, Mata
diabetes, Saraf
diabetes dan Kaki
diabetes.
3.
B. SARAN
Jika anda kelebihan berat badan, kurangi kalori,makan
makanan yang sehat dan bergizi serta olahraga yang teratur.karena hidup yang
sehat adalah dambaan semua orang.
Selain itu untuk
mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap
aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan
lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan
sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang
positif yang menekankan pada sumber-sumber
sosial dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi
lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status
kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar